Pojok Beteng Wetan
Bastion
atau sering disebut pojok beteng karena letak Pojok benteng ini berada
di sisi timur dan paling selatan dari wilayah Kraton Yogyakarta. Pojok
Beteng Wetan dilengkapi dengan tempat pengintaian yang jumlahnya ada
tiga buah dan tempat prajurit sebanyak sepuluh buah dan dilengkapi
dengan ruangan yang berfungsi sebagai gudang mesiu.Pojok beteng Wetan
dapat dikunjungi melalui kampung siliran dari sisi dalam untuk menikmati
pemandangan dari atas bangunan tampak Jl. Parangtritis, Jl. Mayjen
Sutoyo, Jl. Brigjen Katamso dan Jl. Kolonel Sugiyono. Adapun bangunan
dari bawah dapat dinikmati dari keempat jalan tersebut.
![]() |
| Pojok Beteng wetan terhubung dengan Plengkung Gading |
Rumah
ini merupakan salah satu contoh rumah budaya yang berada di Kampung
Siliran. Rumah ini berupa sebuah joglo yang berumur ± 150 tahun,
dibangun oleh KRT Kusumabudaya, abdi dalem silir (pengelola penerangan
keraton). Pada masa Sultan HB VIII, tata ruang dan material bangunan
masih dipertahankan keasliannya, kecuali bagian lantai sudah berganti
ubin keramik. Gaya tradisional terlihat jelas dengan keberadaan pendopo
pada bagian depan rumah dan sumur pada sudut halaman. Selain itu
arsitektur tradisional ditunjukan pula dari bentuk atapnya berupa joglo
pada pendopo dan limasan pada rumah utama (Dalem Ageng), dan dilengkapi
tiga senthong (tengah, kiri dan kanan). Di samping itu, di halaman rumah
ditata dengan berbagai koleksi tanaman langka.
![]() |
| Suasana Rumah KRT Kusumabudaya |
Jemparingan
Jemparingan adalah seni memanah tradisional khas gaya Mataram. Seni memanah di kalangan masyarakat Yogyakarta dapat amda temukan di kampung Siliran Yogyakarta Seni memanah tradisional ini sangat unik karena masih mempertahankan tata cara dan budaya tradisional dalam peraturannya.
Keunikan Jemparingan adalah tidak ada alat bantu seperti busur/panah modern yang ada pembidik, alat pengukur angin, dan release. Semua ini dikarenakan bahan yang digunakan dari alam (kayu dan bambu) tidak karbon seperti panahan internasional. Lalu bagaimana membidiknya? Membidiknya cukup dengan mengarahkan anak panah pada sasaran. Untuk melihatnya melalui ujung anak panah.
Jemparingan dilakukan dalam keadaan posisi duduk dan para pemanah memakai busana adat. Sasaran juga bukanlah target lingkaran seperti umumnya olahraga panahan, tetapi sebuah bandul putih yang diikat dengan tali yang disebut denganbedor/wong-wongan/bandulan berbentuk silinder dengan panjang sekitar 30-33 cm dengan diameter 3,0-3,5 cm.
Jemparingan adalah seni memanah tradisional khas gaya Mataram. Seni memanah di kalangan masyarakat Yogyakarta dapat amda temukan di kampung Siliran Yogyakarta Seni memanah tradisional ini sangat unik karena masih mempertahankan tata cara dan budaya tradisional dalam peraturannya.
Keunikan Jemparingan adalah tidak ada alat bantu seperti busur/panah modern yang ada pembidik, alat pengukur angin, dan release. Semua ini dikarenakan bahan yang digunakan dari alam (kayu dan bambu) tidak karbon seperti panahan internasional. Lalu bagaimana membidiknya? Membidiknya cukup dengan mengarahkan anak panah pada sasaran. Untuk melihatnya melalui ujung anak panah.
Jemparingan dilakukan dalam keadaan posisi duduk dan para pemanah memakai busana adat. Sasaran juga bukanlah target lingkaran seperti umumnya olahraga panahan, tetapi sebuah bandul putih yang diikat dengan tali yang disebut denganbedor/wong-wongan/bandulan berbentuk silinder dengan panjang sekitar 30-33 cm dengan diameter 3,0-3,5 cm.



